Nongkrong di Hong Kong #3

Dimsum adalah target hari ini!

Jumat ini, selain cari masjid buat Jumatan nanti siang, saya juga harus cari setidaknya satu lagi alternatif makanan murah. Kalau bisa sih halal. Yah…yang penting bukan baboy, deh. Dari bisik-bisik seorang teman, pagi menjelang siang itu saya mencari masjid Ammar di kawasan Wan Chai, Pulau Hong Kong. Saya cuma tahu ancer-ancernya doang sih.

Gedung Masjid Ammar

Gedung Masjid Ammar

Pokoknya, di seberang Tonnochy Road. Bus 2A dari Wan Chai Ferry Bus Terminus ternyata berhenti dua blok dari jalan itu. Dari Tonnochy Road, kami menyeberangi jalan persis di dekat halte trem Tonnochy Road. Ada taman kecil dan lapangan basket di situ. Kami menyusuri gang kecil di samping lapangan basket, naik ke atas, dan tiba di sebuah pertigaan bernama Wan Chai Road.

Jalanan di situ sempit, tapi hebatnya bus-bus double decker bisa luwes meliuk di situ. Kami menyeberang jalan dan menyusuri trotoar di samping toko 7 Eleven dan akhirnya menemukan Oi Kwan Road. Belok kiri dan terlihatlah gedung 8 lantai berwarna hijau bertulisan Masjid Ammar and Osman Ramju Sadick Islamic Centre.

Konon, di lantai 5 gedung ini ada dimsum yang joss. Berhubung saat itu baru jam 10 dan waktu sholat Jumat masih lama, saya berniat menggabungkan sarapan dan makan siang sekaligus…hehehe. 🙂

Baru juga duduk dan membaca daftar menunya, saya langsung memekik kegirangan. Soalnya, harga makanan di sini tergolong murah (untuk ukuran Hong Kong lho). Dimsum bisa dipesan langsung di konternya, sementara untuk memesan menu lain, tinggal panggil pelayan.

Rata-rata pelayannya nggak bisa bahasa Inggris, tapi karena di menunya ada  foto makanannya, beserta keterangan dalam bahasa Inggris, saya tinggal tunjuk saja. Toh, semua menu di sini dijamin halal, karena dalam pengawasan dewan masjid Ammar ini. Selain pesan dimsum (entah apa namanya) yang satu porsinya biasanya isi tiga, saya juga memesan nasi goreng. Seporsi dimsun harganya HK$ 9 – 13, sementara menu lain yang berbasis nasi dan mie rata-rata HK$ 25-28. Ada sih masakan seharga 40 dolar ke atas, tapi kan misi kami di sini untuk cari makanan murah, alternatif lain selain Warung Chandra di Causeway Bay.

Dimsumnya joss!

Dimsumnya joss!

Dimsum pun diantar ke meja (walau bisa juga ambil sendiri di konternya). Hmm..penampakannya menarik. Lagi pula, dimsumnya masih hangat. Ditambah sambel yang bau pedasnya cukup menyengat, saya jadi makin penasaran. Sekali gigit….WUAA!! JOSSS bangeeet dimsumnya! Bagian rotinya masih hangat, begitu daging di dalamnya tergigit, kelezatannya langsung meresap ke mulut. Gigitan berikutnya malah bikin saya tambah semangat! Sambelnya memang pedas gila, beraroma chinese food, tapi enaaakkk!

Nasi goreng yang kami pesan rasanya juga lumayan. Dan porsinya juga besar, bisa untuk dua orang. Setelah dimsum dan nasi goreng tuntas disantap, saya berpikir-pikir untuk memesan seporsi lagi. Dan…jadilah! Hehehe 🙂

Berhubung waktu sholat Jumat masih lama, saya dan istri blusukan dulu di sekitar area masjid. Biasanya sih ada warung-warung halal kalau di sekitar masjid. Benar saja, saya menemukan satu kedai kebab, kedai pizza (dua-duanya halal…dan mahal!), dan satu toko grosir yang jual cokelat lumayan murah. Plus, satu supermarket lokal tempat kami bisa beli buah-buahan dan air mineral murah. Eits, air mineral penting banget lho kalo pas lagi jalan-jalan begini.

Suasana di masjid Ammar.

Suasana di masjid Ammar.

Menjelang waktu sholat Jumat, kami kembali ke masjid. Ruang wudhu dan ruang sholat masjid ini sangat bersih. AC pun disetel pada suhu sekitar 15° Celcius. Dingiin! Di pinggir dinding, dipasang banyak bangku yang didesain untuk para orang tua yang sudah tidak bisa melakukan posisi sujud. Khotbahnya disampaikan dalam bahasa Urdu dan Inggris. Lucunya, istri saya bilang di lantai atas jamaah perempuan juga ikut sholat Jumat. Tapi ada warga Indonesia yang membisiki dia, “Diniatin sholat sunnah aja, Mbak.” 😛

Habis Jumatan, kami cuma jalan-jalan ngalor-ngidul. Soalnya, besok paginya penentuan apakah kami bisa menginap terus di Cosmic Guesthouse, pindah kamar, atau malah pindah penginapan. Saya pengen mewujudkan satu cita-cita saya di Hong Kong: mondar-mandir naik trem.

Walaupun mempunyai sistem transportasi publik yang sangat memadai dan menyeluruh, Hong Kong masih cukup bergantung pada moda feri untuk layanan penyeberangan dari Pulau Hong Kong ke wilayah daratan seperti Kowloon atau ke pulau-pulau lain (outlying islands). Moda yang satu ini tarifnya juga jauh lebih murah daripada MTR atau bus double decker. Lagipula, jauh lebih menyenangkan naik feri sambil melihat pemandangan kota yang cantik ketimbang berada di MTR di bawah tanah dan memandangi penumpang lain. 😛

Dermaga feri di Tsim Sha Tsui.

Dermaga feri di Tsim Sha Tsui.

Ekonomi di Hong Kong ini sepertinya lumayan stabil. Buktinya, sejak pertama kali saya main ke Hong Kong tahun 2002, sampai 2013 ini  tarif trem kayaknya nggak berubah: HK$ 2,3 jauh-dekat. Tarif bus double decker (setidaknya di Pulau Hong Kong) juga masih sekitaran HK$ 4. Tarif feri dari Wan Chai menyeberang ke Tsim Sha Tsui juga masih sekitar HK$ 2.3 (upper deck) dan HK$ 1,8 (lower deck). Soal harga makanan di resto tentu lain lagi…hehehe!

Mencicipi naik moda transportasi di Hong Kong buat saya itu pengalaman yang asyik banget. Semua moda (trem, MTR, double decker, dan feri) adalah favorit saya. Tapi MTR dan double decker hanya saya pakai kalau jaraknya jauh, saya nggak terlalu hafal tujuannya, dan kalau lagi buru-buru. MTR di Hong Kong terdiri dari 7 jalur, termasuk jalur Airport Express dan Disneyland Resort. Memiliki 53 stasiun dan digunakan oleh lebih dari 2 juta penumpang dalam sehari. Jam layanan MRT ini dimulai jam 06.05 hingga jam 1 dini hari. Oh ya, di semua moda transportasi ini, bahkan di jalanan, tidak ada orang yang merokok! Kalau mau cari orang merokok, cobalah cari di sekitar tong sampah di pinggir jalan. Biasanya, di situlah para perokok menghirup asap rokok puas-puas, karena di dalam semua bangunan umum di Hong Kong memang dilarang keras merokok! Yayy!! 😛

Trem di Hong Kong adalah moda transportasi paling murah, namun rutenya juga terbatas. Hanya melayani bagian utara Pulau Hong Kong. Tapi bagi saya, naik trem adalah satu pengalaman yang wajib dicoba. Maklum, moda yang satu ini kan nggak ada di Indonesia. Mungkin karena tarifnya yang murah itulah saya lihat banyak manula yang menggunakan trem. Kalau kita lagi buru-buru, lebih baik memang nggak usah naik trem, soalnya jalannya lambat. Dan: nggak usahlah pengen ber-high five dengan penumpang trem dari arah berlawanan…hehehe! 😛 Bagusnya lagi, hampir tidak ada kendaraan lain yang mengganggu jalur trem yang sudah fixed itu. Lihat aja nih fotonya:

Pemandangan kota dari dek atas trem.

Pemandangan kota dari dek atas trem.

Sore itu sebenarnya kami belum mau pergi jauh-jauh, cuma di muter-muter aja di Pulau Hong Kong. Kami naik trem dari satu terminal ke terminal lain. Dari ujung ke ujung. People-watching dari dek atas trem. Semilir angin sejuk dari jendela. Ketiduran. Itu asyik banget! 🙂 Lagian, bayarnya cuma HK$ 2,3. Setelah agak bosan, kami turun di Causeway Bay dan blusukan di IKEA. Ini jaringan toko furnitur dan perlengkaran rumah asal Swedia yang ngetop banget. Sayangnya di Indonesia nggak ada, baru ada Ace Hardware asal Amerika. Katanya sih IKEA di Singapura lebih bagus dan lebih besar, tapi saya nggak tahu. Lha baru pertama kali ini main ke IKEA. Memangnya ngapain main ke toko furnitur? Yaa main aja…siapa tahu ada inspirasi buat dandanin rumah saya nanti? 🙂

Malamnya, kami cuma nonton Symphony of Lights lagi sebelum balik ke hostel. Besok, setelah jelas nasib kami soal penginapan, barulah kami akan pergi ke tempat-tempat lain yang lebih asyik. Begini deh kalo persiapan kurang…udah hari ketiga masih pusing mikirin mau nginep di mana. 😛

(Bersambung)

9 thoughts on “Nongkrong di Hong Kong #3

  1. disa

    mas, apakah saya bisa minta no kontaknya Bu A.. rencana mau ke HK ber4 dan apakah satu kamar tersebut bs muat untuk 4 orang. terimakasih

    Reply
  2. ishtar281

    InuLd..Kl mau seminggu di hongkong total butuh brapa ya dananya? Termasuk ongkos pesawat PP lah kl bisa ;p
    Gara gara baca blog ini jadi kepengen ikutan jg nih. Laen kali ajakin dong ;p

    Reply
    1. Indradya SP Post author

      Ongkos pesawat sih tergantung nasib…aku dapetnya sejuta udah PP dan bonus transit di Spore 🙂 Seminggu? asal bukan peak season mungkin lebih murah, penginapan bisa HK$ 100-200 per kamar. makan bisa murah juga, kan udah dibahas 🙂

      Reply

Leave a comment