Tag Archives: ramen

Ramen Bajuri – Bandung

IMG_20150629_183030 Yang namanya kedai ramen konon meruyak sejak beberapa tahun terakhir di Bandung. Saya sih nggak tahu persis kedai mana saja yang ramennya enak. Saya juga bukan penggemar berat makanan Jepang, sebenarnya, tapi nggak masalah sih sesekali nyicip. Toh saya juga demen makan mi.

Nah, sejak beberapa bulan lalu saya sering banget makan di warung Ramen Bajuri ini. Sebulan bisa 2-3 kali. Lokasinya di sekitar Jl. Lengkong, Bandung, nyeberang sedikit dari resto Athmosphere, agak masuk beberapa meter ke jalan kecil yang namanya Jl. Sasak Gantung. Ukuran kedai ini tak terlalu besar, seukuran garasi yang muat dua mobil plus beberapa motor aja. Bagian dapurnya bergaya interior kayu dan berhiasan beberapa gantungan bertulisan Jepang. Plus TV dan kipas angin.

Suasana di kedai Ramen Bajuri.

Suasana di kedai Ramen Bajuri.

Pertama kali datang ke sini dan melihat buku menu, saya jadi rada puyeng. Bukan apa-apa, soalnya jumlahnya cukup banyak dan sebagian judul makanannya rada nggak nyambung … hehehe! Coba ya, ada menu namanya “Ramen Aku Mah Apa Atuh”, “Ramen Penghilang Stres”, “Ramen Mas Bram, “Ramen ISIS (Ini Sayur Itu Sayur), “Ramen Cabe-cabean (topping cabe)”, dan lain-lain. 🙂

Ramen Aku Mah Apa Atuh.

“Ramen Aku Mah Apa Atuh”. Porsinya ajiibb! 🙂

Kita juga bisa memilih rasa kuah dan tingkat kepedasan ramen pesanan kita. Untuk rasa kuah ada original, kare, oriental, dan tomyam. Tingkat pedasnya bisa pilih dari 1 sampai 5 (paling pedas).

Sebagian menu di Ramen Bajuri.

Sebagian menu di Ramen Bajuri.

Kata orang sih, makanan yang disajikan di sini bukan ramen betulan. Kesamaan dengan ramen hanya mi dan mungkin topping ekadonya. Sisanya macam-macam: ada topping bakso gepeng, sawi, sosis, dan bakso berbentuk Angry Bird. Di pilihan kuahnya tidak ada kaldu sapi, miso, atau shoyu, dan telurnya terlalu matang untuk ramen.

Tapi saya nggak peduli sama semua itu. Makanan enak ya enak aja, nggak perlu repot bikin definisi. Apalagi kita cuma konsumen … hehehe! Waktu pertama ke sini, saya pesan “Ramen Aku Mah Apa Atuh”—ini ramen dengan topping chicken bulgogi dan ekado. Saya kaget banget karena ukuran mangkoknya segede baskom!

Tenang … sebagai orang bertanggung jawab, saya tetap hajar ramen sebaskom gitu sendirian. Ludes juga … hahay! 🙂 Kalau mau makan porsi sebaskom ini cari aja bagian ultimate ramen di buku menu. Ramen Mas Bram juga enak untuk ukuran sebaskom ini … hehehe 🙂

Yamin Ramen.

Yamin Ramen.

Rekomendasi saya selain “Ramen Aku Mah Apa Atuh” adalah “Yamin Ramen”—yang ini ramen dengan chicken teriyaki, pangsit, dan ekado. Sebenarnya masih ada bibimbap dan chicken katsu segala, tapi saya belum pernah cicipin itu.

Untuk minumannya, saya selalu pesan es teh leci Teh lecinya ini pake gelas guede banget! Jadi kalau mau ngirit minum berdua pasangan, ya pesen ini aja. Cuma Rp 10 ribu kok. Rasanya segar dan wangi. Satu lagi minuman favorit saya di sini adalah green tea latte. Manisnya pas dan warnanya hijau pupus ngejreng dengan dua leci gemuk di dalamnya. Enak!

Pokoknya, makan ramen di sini di siang hari bolong yang panas atau sedang hujan sama asyiknya. Apalagi di sini harga ramennya ramah dompet dan menerima pembayaran dengan kartu debit dan kredit. Ramennya dimulai dari harga Rp 15 ribu dan paling mahal kalau nggak salah cuma Rp 25 ribu. Itu yang pake baskom tadi yah … 😛

Dua minuman favorit saya: green tea latte dan es teh leci.

Dua minuman favorit saya: green tea latte dan es teh leci.

Berhubung lokasinya dekat kampus, nggak heran kedai ini sering dipenuhi mahasiswa. Makanya disediakan menu bernama “Ramen Akhir Bulan”  seharga Rp 15 ribu … wkwkwk! Tapi banyak juga kok keluarga yang makan di sini.

Satu hal nggak penting tapi harus saya ceritain adalah tukang parkirnya. Seumur hidup, baru kali ini saya ketemu tukang parkir “profesional”. Selain orangnya senang menyapa ramah, dia juga “ada kerjanya”: mengambilkan motor, mengelap jok (kalau basah habis hujan), menurunkan footstep motor, dan selalu mengingatkan “Gak ada yang ketinggalan, Mas?”. Untuk servis macam itu, dua ribu rupiah tanpa cemberut dari pelanggan Ramen Bajuri pantas untuknya …. hahaha! 😀

Kuma Ramen

Jumat (27/1) lalu, geng KPK (Komunitas Pencinta Kuliner) di kantor saya kasak-kusuk pengen wisata kuliner lagi. Setelah absen 2 bulan, wajarlah kalau kami pengen makan-makan lagi. Kali ini, atas usul Dini, kami makan di Kuma Ramen, sebuah tempat yang menyediakan ramen maupun udon Jepang. Tongkrongan yang disediakan bagi penggemar kuliner Jepang ini berlokasi di Jl. Cimanuk 11 H, Bandung, persis di sebelah Hotel Vio, dan buka setiap pukul 17.00 – 23.00 WIB.

Katanya, sih, jam buka Kuma Ramen disesuaikan dengan warung-warung Ramen dari negara asalnya, yang memang hanya bisa ditemukan pada malam hari. Ramen adalah makanan panas berkuah dan pedas yang memang cocok disantap pada malam hari. Ada tiga menu utama yang ditawarkan Kuma Ramen, yakni ramen, udon, dan donburi.

Ngintip dapur Kuma Ramen 😛

Mang Ramen sedang beraksi...

Ramen disajikan dalam mangkuk putih dengan kuah miso yang gurih dan ramai dengan aneka topping, seperti tamago, irisan wortel, dan daun bawang. Ramennya yang kecil panjang bertekstur lentur dan kenyal. Menu lainnya di sini adalah niku udon. Semangkuk udon yang mengepul panas disajikan dengan kuah kecokelatan dan taburan topping berupa irisan daging sapi lembut, daun bawang, dan irisan wortel segar. Perbedaan ramen dan udon terletak pada jenis mie dan kaldunya. Bentuk mie ramen lebih tipis, berbeda dengan udon yang lebih tebal. Sementara kuah ramen rasanya lebih gurih dibandingkan udon yang memiliki cita rasa asin.

Bagi penggemar kuliner Jepang rasa pedas, Kuma Ramen menyediakan tingkat kepedasan sesuai selera. Jadi, jangan tanggung-tanggung untuk menambahkan sensasi sambal pedasnya dalam menu ramen. Mulai level 1 dengan pedasnya yang cukup, level 2-5 kadar pedas biasa, dan 6 ke atas untuk penggila pedas.

Saya sendiri pesan level 5, Mb. Windu level 10, dan Mb. Dhias o (!), sementara yang lain bervariasi dari 1-5. Kata pelayannya, pernah ada anak SMA yang tembus level 170 (!). Ah, masa sih? Asal jangan salah pilih level pedasnya, seperti cewek yang satu ini:

"Markimak! Mari kita makan, masbro!"

"Hwaaaah!! Puedeeezz! Bibirku jontor nih!!!"

Soal harga, makanan di sini tidak terlalu menguras kantong. Cukup mengeluarkan Rp 20 ribu – 25 ribu, Anda sudah bisa dapat makan dan minuman. Pilihan minumannnya sendiri tidak terlalu istimewa. Selain soft drink botolan, ada cangjo (kacang ijo) dalam kemasan dan ocha (teh hijau) yang menurut Prisca, “Kayak teh tawar biasa.”

Ini udon, mienya tebal.

Ini ramen, mienya tipis.

Buku menu Kuma Ramen.

Inilah komentar sebagian anggota KPK, skala 1-10, soal ramen di tempat ini:

Eka: saya kasi bintang 7 deh..enak tp asa blm terlalu maknyuss gitu xD

Prisca: Saya kasih 7,5 deh buat ramennya.

Dyah: ***** (bintang 5) karena pedasnya cuma di awalnya doang, ke sananya biasa aja. mienya jg biasa aja.

Mb. Windu: bintang 7 dah, memang rasanya biasa-biasa ya, maksudnya dikit bumbu, padahal aku dah kasih sambal level 10 tapi kyknya masih ada yang kurang gereget gituh…

Ari: saya kasih 6,5. kuahnya lumayan enak. tp ramen nya asa kurang nonjoks. pedesnya jg agak sdikit labil :))

Pupu: bintang 7, pedesnya ga bikin perut panas *ya iyalah cuman level 1 doang,,,:D

Dini: aku bintang 8 suka udon sama beef nya enyak…ps bgt hot dikasih ocha anget..

Mb. Dhias: bintang 5…yg kusuka malah Cangjonya….

Saya: kasih skor 6 deh. Pedasnya sih bolehlah, tapi bumbu2nya kok kurang nendang ya? Rasanya agak nanggung, gitu. Mungkin kalo ditambah bakso atau ayam kyk mie ayam gitu asik kali 😛