“Nanti jam 11 balik lagi ya ke sini. Nama Anda sudah dicatat kok, mungkin Anda cuma harus pindah kamar,” kata si mbak resepsionis pagi itu. Yah…jadi kami nggak bisa jalan jauh-jauh dulu. Sambil menunggu “ketok palu”, Sabtu pagi itu kami memutuskan jalan-jalan aja di sekitar TST. Saya sendiri udah males kalau harus cari hostel lagi. Mendingan tunggu yang ini, bayar lunas sampai Kamis depan, dan bisa jalan-jalan tanpa mikir “deadline” nginep lagi.
Baru jam 9 pagi, kawasan Avenue of Stars dan TST Promenade sudah cukup ramai oleh turis. Di kawasan ini, ada beberapa gedung yang menjadi atraksi bagi turis: Museum of Art, Space Museum, Hong Kong Cultural Centre, dan Clock Tower di bagian barat. Kalau melewati Salisbury Park, kita akan “disambut” patung setinggi 4,5 meter yang melambangkan penghargaan untuk para pemenang Hong Kong Film Awards.
Bergerak ke timur, lantai di sepanjang promenade dihiasi dengan tanda tangan dan cetakan tangan para bintang film Mandarin, misalnya Andy Lau, Jacky Chan, Bruce Lee, Samo Hung, dan banyak lagi. Mungkin konsepnya meniru Hollywood Walk of Fame. Menjelang ujung promenade, patung perunggu Bruce Lee setinggi 2,5 meter berdiri gagah.
Jalan-jalan di kawasan ini memang bikin betah. Soalnya, panorama ke arah Pulau Hong Kong selalu menakjubkan. Saya mungkin bakalan betah ngelamun di tempat ini seharian…hehehe! Saya lalu meneruskan jalan-jalan ke arah timur. Kalau kita terus naik tangga gedung stasiun MTR East Tsim Sha Tsui, akan ada taman kota kecil yang juga bagus banget buat foto-foto. Taman bernama TST East Waterfront Podium Garden ini tampak bersih, sepi, nyaman. Di bagian barat taman kecil ini ada Middle Road Children’s Playground.
Pada sore hari atau akhir pekan, taman ini penuh dengan anak-anak dan orangtua mereka. Anak-anaknya terdiri dari bermacam etnis. Maklum, kawasan TST ini memang banyak dihuni warga asal Asia Selatan dan ada juga Afrika. Tapi pagi itu taman bermain ini tampak sepi. Hanya ada beberapa anak dan bayi ditemani orangtua mereka. Melihat ada ayunan nganggur, saya langsung aja main. Mungkin waktu kecil saya kurang puas main ayunan ya…jadi ya ayo aja deh! Udah gitu, pas lagi main, ada anak kecil yang gabung. 😛
Eh, tapi, bagi saya, traveling itu seperti menemukan kembali rasa anak kecil yang hilang, lho. Yang saya suka saat jalan-jalan adalah melihat hal-hal baru, merasakan keingintahuan akan ini-itu. Seperti anak kecil yang matanya berbinar-binar saat melihat dan merasakan sesuatu yang jarang atau baru.
Puas main ayunan, saya pengen main perosotan. Tapi saya keburu melihat papan bertulisan: “This play area is designed for children from 5-12 years old. Adult supervision is recommended.” Saya pun buru-buru kabur dari situ. Mungkin anak tadi ikutan main mau kasih kode kali yaa…pantesan itu ubinnya empuk, terbuat dari busa keras dan bukan porselen betulan.
Tiba di hostel jam 11, resepsionis memberi kami kabar baik. “Anda boleh pakai kamar yang sama sampai check out Kamis nanti.” Horeee!! Udah gitu resepsionisnya mau kasih diskon sehingga untuk empat hari ke depan harganya masih sama. “Hong Kong sedang peak season, jadi ini harga yang bagus untuk peak season,” katanya lagi. Saya langsung gesek kartu kredit. Lunas! Sekarang nggak perlu mikirin penginapan lagi!
Dari situ kami langsung kabur ke masjid Ammar lagi. Ngapain? Jadi, kemarin saya melihat poster di masjid itu. Ada Eid-ul-Adha International Halal Food Festival yang diadakan Islamic Union of Hong Kong selama dua hari, yaitu Sabtu dan Minggu ini. Harga makanannya juga terjangkau. Cara beli makanannya, pengunjung harus membeli kupon seharga HK$ 40 yang bisa ditukarkan dengan 2-3 menu makanan. Sip, kan? Lagian, kami belum makan apa-apa dari pagi.
Acara diadakan di lantai 8 gedung itu, yang ternyata adalah teras lantai 8. Halaman itu tidak terlalu besar, jadi siang itu jadi tampak penuh sesak. Judul “international” sekilas tampak mentereng. Memang sih internasional, tapi sebenarnya acara ini cuma acara kecil-kecilan. Para anggota asosiasi muslim di Hong Kong (dan anak-anak mereka) memasak masakan khas negara masing-masing. Ada menu berat, ada juga roti dan kue. Pesertanya ada yang dari Pakistan, India, Turki, Indonesia, dan lain-lain.
Saya yang demen masakan kari langsung aja beli roti naan dan kari sapi, ditambah nasi biryani. Uuh, maknyusss!! Apalagi yang jualan cakep banget. #idungnya #salahfokus. 😛 Karena kere, semua makanan yang kami beli dimakan berdua…hehehe! 😛
Dari masjid Ammar, kami lanjut ke Stanley Market. Yah, namanya juga market, buat apalagi kalau bukan belanja. Dari Causeway Bay, ada minibus yang langsung menuju Stanley Market. Bayarnya cuma HK$ 10 untuk perjalanan selama 35-40 menit. Saat sudah keluar dari kawasan pusat kota yang padat, kami melewati jejeran pantai yang lumayan bagus. Hampir semua wilayah Hong Kong dikelilingi perairan tenang alias nyaris nggak ada ombak sama sekali. Entah gimana kalau pas ada taifun ya, saya sih nggak pernah lihat taifun secara live. Ada beberapa pantai yang areanya kecil yang kami lewati: Deep Water Bay, Repulse Bay, dan minibus berakhir di Stanley Beach. Dari jauh terlihat jaring perimeter di semua pantai itu. Katanya sih untuk mencegah hiu masuk ke area renang para turis. Tentu saja, nggak usah membandingkan keindahan pantai-pantai di sini dengan di Indonesia. Tapi kalau bicara soal akses, transportasi, dan kebersihan, yang ada malah kebalikannya! 🙂
Kami turun di Stanley Plaza. Sebenarnya sih satu halte lagi baru sampai di Stanley Market, tapi jaraknya dekat kok. Yang namanya mal di mana-mana ya begitu. Saya cuma numpang lewat, karena setelah keluar dari mal ke arah pantai, pemandangannya bagus. Di pinggir pantai berair tenang itu ada jalur pejalan kaki yang di satu sisinya ditempati bar dan restoran. Ada seorang pengamen yang memainkan lagu-lagu berirama latin dengan gitarnya. Ada warga yang membawa anjingnya jalan-jalan. Ada juga yang nikah.:)
Di sini yang dijual terutama memang suasana. Saya lihat sih memang asyik banget nongkrong di salah satu restoran itu, sambil people-watching alias ngecengin orang-orang yang lalu-lalang. Setelah melihat-lihat menu dan harga di sebuah restoran, kami langsung sadar betapa kerenya kami saat itu. Mau gaya-gayaan makan di pinggir pantai aja mahal banget.
Ah, pokoknya saya cuma mau menikmati suasana. Yah, ada sih belanjanya sedikit. Misalnya, kaos-kaos oblong kualitas bagus cuma HK$ 100 dapet 3-4 biji. Kalau yang ini sih harganya reasonable. Kaos itu benda wajib yang harus saya beli kalau lagi traveling. Bukan cuma untuk suvenir, tapi juga karena stok kaos saya tinggal sedikit di kamar hostel! 😛
Di ujung jalan barulah ada Stanley Market. Mungkin karena akhir pekan, kawasan ini lumayan ramai. Pasar ini berupa labirin gang yang bersih dan nggak bakalan bikin kita tersesat. Barang-barang di sini rata-rata bisa ditawar, asal siap aja dengan reaksi galak beberapa pedagang kalau kita lagi apes…hehehe! Ada seorang nenek yang mengentak dompet yang baru saya letakkan ke tempatnya. Rupanya saya salah mengembalikan ke jejeran dompet yang lain, sehingga dia menyentak tumpukan dompet itu dengan tongkatnya. Bah! Tinggal aja deh yang kayak gini!
Kayaknya di Hong Kong lagi ngetren kaos-kaos bergambar wajah Hitler dengan kostum dan tampang badut McDonald’s, dan juga tampang Obama dalam seragam pemimpin komunis Cina Mao Zedong. 🙂 Jelas saya beli dong yang lucu-lucu beginian…hehehe! Istri saya malah menemukan baju-baju seharga HK$ 10-15 saja. Kali ini tentu saja saya tidak akan membiarkannya kalap belanja. 😛
Enaknya jalan di pasar ya karena ada banyak hal yang bisa dilihat. Saya menemukan satu toko yang menjual porselen yang dilukis dengan gambar episode-episode komik Tintin. Keren banget! Sayang, foto yang diam-diam saya ambil sekarang hilang. 😦 Saya juga menemukan tas selempang bagus, bergambar wajah Mao atau bintang dengan aksara Cina di bawahnya. Bahannya terlihat kasar, tapi kalau dipegang lembut. Warnanya hijau lumut ala pakaian partai komunis Cina zaman Revolusi Kebudayaan dulu. Di tangan kapitalisme, ikon-ikon komunis malah diperdagangkan begini ya…hehe 🙂 Tapi saya belum mau beli tas itu. Rencananya nanti malam saya mau ke Night Market di kawasan Mongkok juga. Siapa tahu bisa lebih murah.
Di ujung lain Stanley Market, ada area kecil dengan batu-batu besar di pinggir pantai Stanley Beach. Pemandangannya asyik juga. Nyaman dan menenangkan. Bikin saya jadi bisa tidur siang sebentar di situ. 🙂 Memandangi para turis yang asyik berfoto dan deretan bangunan di pinggir pantai dan bukit-bukit di kejauhan.
Puas keliling Stanley Market dan tidur siang di pinggir pantai, kami balik lagi ke hostel dengan minibus yang sama. Sore itu kami ngaso sebentar di hostel. Malamnya, kami naik MTR ke Yau Ma Tei, dan dari situ menelusuri pasar malam yang buka setiap hari jam 18.00 – 23.00. Cerita soal Night Market ini lain kali aja ya. Soalnya saya sebelum pulang saya ke sini lagi, jadi kunjungan pertama cuma buat survei…hahaha! 😛
(Bersambung)