Seri “Mangan Ora Mangan Kumpul”

“Penggeng eyeeem! Penggeng eyeeem!”

Begitulah gaya Mas Joyoboyo, penjual ayam panggang keliling, menjajakan dagangannya pakai tenong. Yang dulu mengikuti kolom Mangan Ora Mangan Kumpul-nya Umar Kayam di Kedaulatan Rakyat (yang lalu dibukukan jadi 4 jilid) pasti akrab sama tokoh yang satu itu. Belum lagi dengan keluarga baturnya Pak Ageng: Mister Rigen beserta nyonya dan dua bedhesnya.

Tulisan-tulisan Umar Kayam memikat dengan caranya sendiri. Dia suka glenyengan–nyindir, protes, usul, nasihat–dengan cara tidak langsung. Temanya bergerak bebas, dari sekitar rumahnya di kompleks UGM Bulaksumur hingga ke Amerika atau Canberra, dari tingkah laku baturnya hingga para profesor koleganya. Ada juru kisah dan ada tokoh² lain yang kerap muncul. Dengan struktur macam itu, Umar Kayam lewat tokoh Pak Ageng bisa menyatakan sikap, reaksi, dan tanggapan terhadap berbagai isu sosial.

Deskripsinya asyik, termasuk saat menggambarkan penggeng eyem dalam tenong Mas Joyoboyo, beserta sate usus dan ati, dan suaranya yang “melodius” saat menjajakan dagangannya. “Penggeng eyem! Penggeng eyeeem!”

Sekarang saat membaca ulang buku Umar Kayam buat liburan, saya bertanya-tanya: ke mana ya tokoh² itu sekarang? Beni Prakosa dan Tolo-Tolo udah jadi apa sekarang? 😅

PS: gambar hanyalah penggeng eyem dan lauk pauk lain… 🍗😋

Leave a comment